REVOLUSI INDONESIA
Pada tanggal 6 Agustus 1945, bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima. Sebanyak 90.000-146.000 orang tewas saat
itu. Selang tiga hari kemudian, bom atom pun kembali jatuh di kota Nagasaki,
Jepang, dan menewaskan 39.000-80.000 orang. Akibat serangan yang dilakukan oleh
Sekutu, akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan setelah Sekutu yang berhasil mengalahkan Jepang, tidak melakukan penaklukan terhadap Indonesia. Melihat hal itu, golongan pemuda Indonesia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Mereka kemudian menculik Soekarno dan Moh. Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok, Jawa Barat. Soekarno-Hatta didesak untuk segera menyatakan kemerdekaan Indonesia
Namun, kebahagiaan itu
tidak bertahan lama. Belanda kembali datang. Mereka berusaha menegakkan kembali
kekuasaan di Indonesia. Rakyat Indonesia pun tidak terima dan mulai melakukan
perlawanan. Saat itulah perjuangan revolusi Indonesia dimulai.
Sekutu (termasuk Belanda
di dalamnya) membentuk suatu badan komando militer di Indonesia bernama Allied
Forces for Netherland Indies (AFNEI). Tentara AFNEI mendarat di
beberapa wilayah strategis Indonesia, seperti Surabaya dan Jakarta pada bulan
September, Oktober, dan November tahun 1945.
Mengetahui adanya
ancaman tersebut, rakyat Indonesia tidak tinggal diam. Masyarakat di berbagai
daerah mulai bergerak dan terjadilah perlawanan. Oh ya, perjuangan revolusi
Indonesia ini terbagi menjadi 2 karakteristik ya. Pertama itu perlawanan dengan
menggunakan cara fisik, kemudian satu lagi perlawanan menggunakan jalur
diplomasi.
Surabaya, menjadi lokasi
pertama perlawanan rakyat Indonesia setelah Sekutu kembali menginjakkan kaki di
Indonesia. Arek-arek Suroboyo bersama salah satu tokohnya yaitu Bung Tomo,
dengan heroik melakukan perlawanan terhadap Sekutu. Bung Tomo dikenal dengan
orasinya yang sangat bergelora, sehingga dapat membangkitkan semangat para
pejuang.
Pertempuran Surabaya
mencapai puncaknya pada 10 November 1945. Atas semangat, keberanian, dan jiwa
patriotik dari para ulama, santri, dan arek Suroboyo lainnya, tanggal 10
November kemudian dijadikan sebagai Hari Pahlawan. Setelah Surabaya, berbagai
daerah pun ikut angkat senjata melawan tentara-tentara Sekutu.
Beberapa perjuangan melalui diplomasi antara lain Perjanjian Linggarjati, Perundingan Renville dan Konferensi Meja Bundar.
1. Perjanjian Linggarjati
Perjanjian ini dilaksanakan di Desa Linggarjati, perbatasan antara Cirebon dan Kuningan, pada tanggal 10 November 1946. Indonesia diwakili Sutan Syahrir, A.K. Gani, Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad Roem. Pihak Belanda diwakuli Schermerhorn, dan penengah dari pihak Inggris diwakili Lord Killearn. Hasil dari perjanjian ini antara lain:
- Belanda mengakui secara de facto wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura.
- RI dan Belanda membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
- RI dan Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda, Ratu Belanda sebagai ketuanya.
2. Perundingan Renville
Pernah kebayang nggak ngadain perundingan di atas sebuah kapal perang? Nah, ini pernah dilakukan pada 8 Desember 1947 – 17 Januari 1948. Yaps, ada sebuah perundingan di atas kapal perang angkatan laut Amerika Serikat bernama USS Renville, maka dari itu perjanjian ini disebut dengan Perjanjian Renville. Saat itu Indonesia diwakili oleh Amir Sjarifuddin dan Belanda diwakili oleh Abdulkadir Widjojoatmodjo. Dihadiri pula Komisi Tiga Negara yang diwakili oleh Richard Kirby, Paul van Zeeland, Frank Graham. Ada pun hasil dari perundingan ini ialah:
- Penghentian tembak menembak
- Daerah-daerah di belakang Garis van Mook harus dikosongkan dari tentara Indonesia.
- Belanda bebas membentuk negara federal di daerah-daerah yang diduduki melalui jajak pendapat terlebih dahulu.
- Akan dibentuk uni Indonesia-Belanda.
3. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Kali ini ada sebuah perundingan yang dilakukan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus 1949 – 2 November 1949. Nama perundingan tersebut ialah Konferensi Meja Bunda. Iya, namanya meja bundar karena meja untuk konferensi memang membentuk sebuah bundaran. Pada saat itu Belanda diwakili Mr. Van Maarseveen, perwakilan Indonesia diwakili oleh Moh. Hatta, dan delegasi UNCI ialah Chritchley. Ada pun hasil dari Konferensi Meja Bundar ialah:
- Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS).
- Masalah Irian Barat diselesaikan setahun kemudian.
- RIS harus membayar utang-utang Belanda sampai pengakuan kedaulatan.
- RIS mengembalikan hak milik Belanda seperti perusahaan-perusahaan Belanda.
Semoga Bermanfaat - Chusnul Chotimah
(Pengajar Sejarah di MAN 2 Kebumen)
0 Post a Comment:
Posting Komentar