Akar – akar Nasionalisme dan Demokrasi Indonesia
Nasionalisme Indonesia adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sejak abad 19 dan abad 20 muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Asia Afrika khususnya Indonesia.
A. Faktor-Faktor
Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme
Indonesia tidak serta merta muncul begitu saja, banyak faktor yang mempengaruhi
munculnya rasa cinta tanah air dalam diri masyarakat indonesia. Apa saja faktor
tersebut? Berikut ini penjelasanya.
1.
Faktor dari dalam
(internal)
a. Kenangan kejayaan masa lampau
Bangsa-bangsa Asia dan
Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan berkembangnya
imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia
pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa merdeka dan berdaulat. Kejayaan
masa lampau mendorong semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi
Indonesia kenangan kejayaan masa lampau tampak dengan adanya kenangan akan
kejayaan pada masa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Dimana pada masa
Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh Nusantara, sedangkan masa
Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.
b. Bersatunya negara-negara Asia dan Afrika sejak zaman dahulu
kala
Faktor yang mendorong
rasa nasionalisme bangsa Asia bukanlah akibat penjajahan yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika, melainkan rasa persatuan itu
sudah dimiliki sejak zaman dahulu kala terutama sesama ras, ataupun kerjasama
perdagangan yang telah saling melengkapi antara suku produsen benda yang
berlainan (sehingga terjadi pertukaran tanpa adanya keserakahan seperti yang
dilakukan bangsa barat). Mereka saling menghormati dan menjaga. Namun kedatangan
bangsa barat yang menjajah mengakibatkan mereka hidup miskin dan menderita
sehingga mereka ingin menentang imperialisme barat.
c. Munculnya golongan cendekiawan
Perkembangan pendidikan
menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan barat
maupun pendidikan Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin
munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang
untuk melawan penjajahan.
d. Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial
ekonomi, dan kebudayaan
Dalam bidang politik,
tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi masyarakat pribumi
yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi manusia. Mereka
ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia.
Dalam bidang ekonomi,
tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi asing. Tujuannya
untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan untuk
meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
Dalam bidang budaya,
tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan mengembalikan budaya
bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya asing di Indonesia.
Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta menumbuhkan
kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2.
Faktor dari luar
(eksternal)
a. Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)
Pada tahun 1904-1905
Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia. Hal ini
dikarenakan, modernisasi yang dilakukan Jepang yang telah membawa kemajuan
pesat dalam berbagai bidang bahkan dalam bidang militer. Awalnya dengan
kekuatan yang dimiliki tersebut Jepang mampu melawan Korea tetapi kemudian dia
melanjutkan ke Manchuria dan beberapa daerah di Rusia. Keberhasilan Jepang
melawan Rusia inilah yang mendorong lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia Afrika
mulai bangkit melawan bangsa asing di negerinya.
Perkembangan
Nasionalisme di Berbagai Negara
b. Pergerakan Kebangsaan India
India untuk menghadapi
Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India National
Congres”. Tokohnya, Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak, dsb.
Mahatma Gandhi memiliki dasar perjuangan :
·
Ahimsa (dilarang
membunuh) yaitu gerakan anti peperangan.
·
Hartal, merupakan
gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat apapun walaupun mereka masuk kantor
atau pabrik.
·
Satyagraha, merupakan
gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial
Inggris.
·
Swadesi, merupakan
gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri sendiri.
Selain itu adanya
pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore.
c. Gerakan Kebangsaan Filipina
Digerakkan oleh Jose
Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol di wilayah Filipina.
Novel yang dikarangnya berupa Noli Me Tangere (Jangan Sentuh Aku).
Jose ditangkap tanggal 30 September 1896 dijatuhi hukuman mati. Akhirnya
dilanjutkan Emilio Aquinaldo yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan
Filipina tanggal 12 Juni 1898 tetapi Amerika Serikat berhasil menguasai
Filipina dari kemerdekaan baru diberikan Amerika Serikat pada 4 Juli 1946.
d. Gerakan Nasionalis Rakyat Cina
Gerakan ini dipimpin
oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala sektor kehidupan
bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar gerakan San
Min Chu I: 1. Republik Tiongkok adalah suatu negara nasional Cina 2. Pemerintah
Cina disusun atas dasar demokrasi (kedaulatan berada di tanggan rakyat) 3.
Pemerintah Cina mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya. Apa yang
dilakukan oleh Dr. Sun Yat Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan
rakyat Indonesia. Terlebih lagi setelah terbentuknya Republik Nasionalis Cina
(1911)
e. Pergerakan Turki Muda (1908)
Dipimpin oleh Mustafa
Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala sektor kehidupan
masyarakatnya.
f. Pergerakan Nasionalisme Mesir
Dipimpin oleh Arabi
Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama
Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir yang dikemukakan
oleh Muhammad Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan di
Indonesia seperti Muhammaddiyah..
g. Munculnya Paham-paham baru
Munculnya paham-paham
baru di luar negeri seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi
dan pan islamisme juga menjadi dasar berkembangnya paham-paham yang serupa di
Indonesia. Perkembangan paham-paham itu terlihat pada penggunaan
ideologi-ideologi (paham) pada organisasi pergerakan nasional yang ada di
Indonesia.
B. Tumbuhnya Nasionalisme
di Indonesia
Nasionalisme
tumbuh diindonesia dimulai setelah munculnya Serikat Islam. Budi Oetomo yang
sudah terbentuk dahulu merupakan organisasi "elit" sehingga tidak
berkontribusi dalam menumbuhkan nasionalisme diseluruh kalangan masyarakat.
Serikat Islam melakukan berbagai upaya dalam menumbuhkan nasionalisme di
seluruh daerah hindia belanda pada waktu itu.
Karena
adanya faktor pendukung diatas maka di Indonesiapun mulai muncul semangat
nasionalisme. Semangat nasionalisme ini digunakan sebagai ideologi/paham bagi
organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi Nasional di Indonesia
diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno. PNI bertujuan untuk memperjuangkan kehidupan bangsa
Indonesia yang bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya adalah mencapai
Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan pemerintahan Belanda di Indonesia. Dengan Nasionalisme dijadikan sebagai
ideologi maka akan menunjukkan bahwa suatu bangsa memiliki kesamaan budaya,
bahasa, wilayah serta tujuan dan cita-cita. Sehingga akan merasakan adanya
sebuah kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok bangsa tersebut.
1.
Perkembangan
Nasionalisme di Indonesia
Sebagai
upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia diawali dengan pembentukan
identitas nasional yaitu dengan adanya penggunaan istilah “Indonesia” untuk
menyebut negara kita ini. Dimana selanjutnya istilah Indonesia dipandang
sebagai identitas nasional, lambang perjuangan bangsa Indonesia dalam menentang
penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan
pergerakan melawan penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi
kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah lagi. Istilah Indonesia mulai
digunakan sejak :
a. J.R. Logan menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut
penduduk dan kepulauan nusantara dalam tulisannya pada tahun 1850.
b. Earl G. Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan
tahun 1850 menyebut penduduk nusantara dengan Indonesia.
c. Istilah Indonesia dijadikan nama organisasi mahasiswa di
negara Belanda yang awalnya bernama Indische
Vereninging menjadi Perhimpunan Indonesia.
d. Nama majalah Hindia Putra menjadi Indonesia
Merdeka
Istilah
Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Melalui Sumpah Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang
diakui oleh setiap suku bangsa, organisasi-organisasi pergerakan yang ada di
Indonesia maupun yang di luar wilayah Indonesia. Kata Indonesia dikukuhkan
kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
2.
Peranan Nasionalisme di
Indonesia
Perkembangan
nasionalisme yang mengarah pada upaya untuk melakukan pergerakan nasional guna
seakan melawan penjajah tidak bisa lepas dari peran berbagai golongan yang ada
dalam masyarakat, seperti golongan terpelajar/kaum cendekiawan, golongan
profesional, dan golongan pers.
a. Golongan Terpelajar
Golongan
terpelajar dalam masyarakat Indonesia saat itu termasuk dalam kelompok elite
sebab masih sedikit penduduk pribumi yang dapat memperoleh pendidikan.
Kesempatan memperoleh pendidikan merupakan sebuah kesempatan yang istimewa bagi
rakyat Indonesia. Mereka memperoleh pendidikan melalui sekolah-sekolah yang
didirikan kolonial yang dirasa memiliki kualitas baik. Dengan pendidikan model
barat yang mereka miliki, golongan terpelajar dipandang sebagai orang yang
memiliki pandangan yang luas sehingga tidak sekadar dikenal saja tetapi mereka
dianggap memiliki kepekaan yang tinggi. Sebab selain memperoleh pelajaran di
kelas mereka akan membentuk kelompok kecil untuk saling bertukar ide menyatakan
pemikiran mereka mengenai negara Indonesia melalui diskusi bersama. Meskipun
mereka berasal dari daerah yang berbeda tetapi mereka merasa senasip
sepenanggunagan untuk mengatasi bersama adanya penjajahan, kapitalisme,
kemerosotan moral, peneterasi budaya, dan kemiskinan rakyat Indonesia. Hingga
akhirnya mereka membentuk perkumpulan yang selanjutnya menjadi Oragnisasi
Pergerakan Nasional. Mereka membentu organisasi-organisasi modern yang
berwawasan nasional. Mereka berusaha menanamkan pentingnya persatuan dan
kesatuan bangsa, menanamkan rasa nasionalisme, menanamkan semangat untuk
memprioritaskan segalanya demi kepentingan nasional daripada kepentingan
pribadi melalui organisadi tersebut. Selanjutnya melalui organisasi pergerakan
nasional tersebut mereka melakukan gerakan untuk melawan penjajahan yang
selanjutnya membawa Indonesia pada kemerdekaan.
Jadi
Golongan terpelajar memiliki peran yang besar bagi Indonesia meskipun
keberadaannya sangat terbatas (minoritas) tetapi golongan terpelajar inilah
yang menjadi pelopor pergerakan nasional Indonesia hingga akhirnya kita
berjuangan melawan penjajah dan memperoleh kemerdekaan.
b. Golongan Profesional
Golongan
profesional merupakan mereka yang memiliki profesi tertentu seperti guru, dan
dokter.Keanggotaan golongan ini hanya terbatas pada orang seprofesinya.
Golongan profesional ini lebih banyak ada dan mengembangkan profesinya didaerah
perkotaan. Golongan profesional pada masa kolonial memiliki hubungan yang dekat
dengan rakyat, sehingga mereka dapat mengetahui keberadaan rakyat Indonesia
pada saat itu. Sehingga golongan ini dapat menggerakkan kekuatan rakyat untuk
menentang kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.
1)
Peran Guru
Guru
merupakan ujung tombak perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaannya dan berjuang memajukan bangsa Indonesia dari keterbelakangan. Guru
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada generasi penerus bangsa melalui
lembaga-lembaga pendidikan yang ada baik itu sekolah yang didirikan oleh
pemerintah kolonial maupun sekolah yang didirikan oleh tokoh-tokoh bangsa
Indonesia.
Melalui
pendidikan tersebut guru dapat menanamkan rasa kebangsaan/ rasa nasionalisme
yang tinggi. Sehingga anak-anak kaum pribumi dapat menyadari dan tekanan dari
pemerintah kolonial Belanda. Guru telah membangun dan membangkitkan kesadaran
nasional bangsa Indonesia.Guru telah mendidik dan melahirkan tokoh-tokoh
pejuang yang dapat diandalkan dalam memperjuangkan kebebasan bangsa Indonesia
dari cengkeraman kaum penjajah. Orang-orang pribumi mulai menghimpun kekuatan
dan berjuang melalui organisasi-organisasi modern yang didirikannya.
Organisasi-organisasi perjuangan yang didirikan oleh kaum terpelajar bangsa
Indonesia dijadikan sebagai wadah perjuangan di dalam menentukan
langkah-langkah untuk mengusir pemerintah kolonial Belanda dan berupaya
membebaskan bangsa dari segala bentuk penjajahan asing.
Bagi
guru tempat perjuangan mereka adalah lembaga-lembaga pendidikan yang ada, di
sekolah tersebut guru membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk
mencapai kemerdekaannya. Contoh lembaga pendidikan yang ada, yaitu Perguruan
Taman Siswa didirikan oleh Ki
Hajar Dewantara dan Lembaga Pendidikan
Perguruan Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan. Melalui gurulah dihasilkan tokoh-tokoh besar bangsa
Indonesia maupun tokoh-tokoh besar dunia. Di tangan gurulah terletak maju
mundurnya sebuah bangsa. Jadi jika tidak ada guru maka mungkin Indonesia tidak
dapat terbebas dari Kekuasaan kolonial.
2)
Peran Dokter
Pada
masa kolonial dokter memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kehidupan
rakyat. Dokter dapat merasakan kesengsaraan dan penderitaan yang dialami rakyat
Indonesia melalui penyakit yang dideritanya. Ia mendengarkan berbagai keluhan
yang dialami oleh rakyat Indonesia. Penderitaan dan kesengsaraan yang dialami
oleh rakyat Indonesia adalah akibat dari berbagai tekanan dan penindasan yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Ketergerakan hati mereka diwujudkan
melalui perjuangan dengan membentuk wadah organisasi yang bersifat sosial dan
budaya yang diberinama Budi Utomo yang didirikan 20 Mei 1908 oleh Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. Gunawan Mangunkusumo.
c. Golongan Pers
Pers
sudah mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-19, dan masuknya pers di Indonesia
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Wujud perkembangan
pers dapat dilihat dalam bentuk surat kabar maupun majalah. Awalnya surat kabar
yang beredar hanya digunakan untuk orang-orang asing tetapi karena untuk
mengejar pelanggan dari masyarakat pribumi maka muncul surat kabar yang di
modali orang Cina tetapi menggunakan bahasa Melayu.
Melalui
surat kabar terdapat pendidikan politik, sebab melalui surat kabar tersebut
ternyata dimuat isu-isu mengenai masalah politik yang sedang berkembang
sehingga secara tidak langsung melalui surat kabar tersebut telah memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat Indonesia. Surat kabar/ majalah mempunyai
fungsi sosial dasar yaitu memperluas pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat
membentuk pendapat (opini) umum.
Pendidikan
sosial politik dapat disalurkan melalui tulisan-tulisan di surat kabar dan
media masa sehingga menumbuhkan pemikiran dan pandangan kritis pembaca yang
dapat membangkitkan kesadaran bersama bagi bangsa Indonesia. Surat kabar
merupakan media komunikasi cetak yang paling potensial untuk memuat berita,
wawasan dan polemik (tukar pikiran melalui surat kabar), bahkan ide dan
pemikiran secara struktural dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas.
Meskipun
pada masa itu ruang gerak pers dibatasi dan dikontrol ketat oleh pemerintah
kolonial. Tetapi melalui surat kabar tersebut sebagai sarana untuk menyampaikan
segala sesuatu yang dikehendaki dan diprogramkan oleh pemerintah sehingga
sedapat mungkin bisa diinformasikan kepada masyarakat luar. Dimana
pemberitahuannya lebih memihak pada pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Pada
masa pergerakan nasional Indonesia, surat kabar mempunyai peranan yang sangat
penting bahkan organisasi pergerakan nasional Indonesia telah memiliki surat
kabar sendiri-sendiri, seperti Darmo Kondo (Budi
Utomo), Oetoesan Hindia (Sarekat Islam), Het
Tiidsriff dan De Expres (Indische Partij), Indonesia
Merdeka (Perhimpunan Indonesia), Soeloeh Indonesia
Moeda (PNI), Pikiran Rakyat (Partindo), Daulah
Ra’jat (PNI Baru)
Surat
kabar yang dimiliki oleh organisasi-organisasi tersebut menjadi salah satu
sarana untuk menyampaikan bentuk-bentuk perjuangan kepada rakyat, agar rakyat
dapat mengetahui dan memberikan dukungan kepada organisasi-organisasi itu.
3.
Tahapan perkembangan
nasionalisme Indonesia
a.
Periode Awal
Perkembangan
Dalam
periode ini gerakan nasionalisme diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki
situasi sosial dan budaya. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi
Utomo, Sarekat Dagang Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.
b.
Periode Nasionalisme
Politik
Periode
ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak dalam bidang politik
untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang muncul pada periode ini
adalah Indische Partij dan Gerakan Pemuda.
c.
Periode Radikal
Dalam
periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai
kemerdekaan baik itu secara kooperatif maupun non kooperatif (tidak mau
bekerjasama dengan penjajah). Organisasi yang bergerak secara non kooperatif,
seperti Perhimpunan Indonesia, PKI, PNI.
d.
Periode Bertahan
Periode
ini, gerakan nasionalisme di Indonesia lebih bersikap moderat dan penuh
pertimbangan. Diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat reaktif
sehingga organisasi-organisasi pergerakan lebih berorientasi bertahan agar
tidak dibubarkan pemerintah Belanda. Organisasi dan gerakan yang berkembang
pada periode ini adalah Parindra, GAPI, Gerindo.
Dari
perkembangan nasionalisme tersebut akhirnya mampu menggalang semangat persatuan
dan cita-cita kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia yang bersatu dari berbagai
suku di Indonesia. Nasionalisme adalah rasa luhur yang dimiliki bangsa
Indonesia, cerminan dari komitmen yang pernah diikrarkan berpuluh-puluh tahun
lampau, bertolak dari rasa persaudaraan, senasib sepenanggungan.
C. Akar – akar Demokrasi Indonesia
Berasal
dari bahasa Yunani, demos yang artinya ‘rakyat’ dan kratos yang
bermakna ‘pemerintahan’. Paham demokrasi mensyaratkan suatu perlakuan adil
dalam negara dengan pemerintahan yang berpihak kepada kesejahteraan rakyat.
Paham ini mengakui adanya persamaan hak dari setiap warga negara dalam
pemerintahan, baik untuk berpolitik, memperoleh pendidikan, dan lainnya. Demokrasi
pertama kali berkembang di Yunani, dengan polis Athena tercatat sebagai daerah
dengan pelaksanaan demokrasi rakyat secara langsung, dimana pemberian suara
untuk pemilihan anggota perwakilannya dilakukan secara langsung.
Paham
demokrasi mencapai perkembangan secara luas ketika Inggris memberlakukan
demokrasi parlementer sebagai asas negaranya. Dengan demokrasi model ini,
mereka membatasi kekuasaan Raja dan keluarganya melalui pemberlakuan hukum yang
disusun oleh Dewan Parlemen sebagai perwakilan rakyat. Keadaan ini
didokumentasikan oleh John Locke dalam bukunya berjudul Two Treaties on
Government. Berikut adalah beberapa syarat untuk terciptanya demokrasi yang
baik, yakni:
1.
Adanya UUD
2.
Adanya Pemilihan
Langsung dengan partisipasi dari rakyat, dan
3.
Kemerdekaan bagi warga
negara untuk melaksanakan hak asasinya (berkumpul, berbicara, mengeluarkan
pendapat, dan beragama).
Di
Indonesia, semangat demokrasi telah diakomodir dalam UUD 1945 sebagai dasar
negara Indonesia. Pasal 28 UUD 1945 secara jelas mengatur kemerdekaan warga
negara untuk berserikat, berkumpul, maupun mengeluarkan pikiran secara lisan
dan tulisan. Demokrasi yang diterapkan di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila
dengan mengutamakan musyawarah dan mufakat dalam pelaksanaannya. Demokrasi yang
pernah berlaku di Indonesia, antara lain:
1.
Demokrasi Liberal (17
Agustus 1950-5 Juli 1959)
Sering juga disebut
dengan ‘demokrasi parlementer’, digunakan pada masa-masa awal kemerdekaan
Indonesia. Demokrasi liberal memungkinkan terbentuknya banyak partai untuk mengisi
kekuasaan di parlemen. Pada masa ini, parlemen adalah pemegang kekuasaan
tertinggi. Pada masa ini konstitusi yang dipakai adalah UUDS 1950. Kedudukan
presiden pada masa demokrasi liberal adalah sebagai kepala negara, sedangkan
kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri
2.
Demokrasi Terpimpin (5
Juli 1959-11 Maret 1966)
Demokrasi terpimpin
muncul sebagai hasil dari diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dalam
bentuk demokrasi ini, pemerintahan bersifat presidensial dengan kekuasaan
tertinggi di tangan Presiden terpilih.
3.
Demokrasi Pancasila (11
Maret 1966-sekarang)
Ialah demokrasi dengan
landasan Pancasila dan UUD 1945. Pemerintah berkewajiban untuk bertanggung
jawab kepada rakyat melalui wakil-wakil yang dipilih secara langsung dalam
Pemilihan Umum. Lembaga-lembaga negara memiliki tugas dan wewenangnya
masing-masing, yakni di bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Semoga Bermanfaat - Chusnul Chotimah
(Pengajar Sejarah di MAN 2 Kebumen)
0 Post a Comment:
Posting Komentar